Wednesday, January 5, 2011

Memori dalam Karimun



Paling kiri Mr. Satter dari iran, dibelakangnya ada Mr Wang dari Beijing
Setelah melakukan perjalanan panjang di karimun, gelombang ekspedisi eksplore gelombang tanggal 25 akhirnya pulang, tidak banyak yang ditinggalkan sama teman-teman dari kelompok ini, hanya foto-foto dan baju dalam yang lupa dibawa pulang. Seketika itu jadi teringat memori ketika mereka masih dikarimun, duduk dikursi malas, ngusilin orang bule, snorkeling, sampai lari-lari dari dermaga ke homestay hanya untuk dapet jatah kamar mandi lebih awal (ada yang lari pake plampung juga lho-ayo balikin dulu, punya orang tuh).

Pulau Cemara Besar, garis pantainya mencapai sekitar 500m
kalau bicara alam, karimun memang jempolan. Ditambah dengan versi backpacker yang disediakan eksplor, bikin suasana tambah rame dan membuat tidak rela harus kembali ke rutinitas pekerjaan. Oia ketika nulis ini saya tiba-tiba kangen es degan bunda dan ikan tongkolnya hahaha.

Baiklah, sesi ini akan saya gunakan untuk membagi apa yang saya temukan dikarimun jawa (dari kaca mata saya).

Beberapa waktu lalu, tepatnya setalah 3 hari dikarimun saya baru sadar, ternyata daerah karimun itu untuk bagian pegunungannya masih sedikit dikelola, yah semacam dibuat pertanian gitu lah, padahal kalau yang saya temukan di pulau jawa umumnya, gunung di keruk habis untuk berladang dan segala macam, mungkin karena sebagian besar mereka adalah pelaut jadinya mereka lebih fokus ke laut dari pada pertanian.

hanya dengan Rp.2000 saja per buah, di Legon Lele
Entah mengapa agak aneh saja ketika saya menemukan disini masih minim listrik, hasil alam karimun lho bagus banget itu artinya taraf hidup orang-orang karimun akan terus meningkat, dan teknologi sudah pasti akan masuk. Kenapa tidak bikin tenaga listrik alternatif? Ada 27 pulau lho di kepulauan karimun, satu pulau saja mungkin di fokuskan untuk industri tenaga listrik untuk menghidupi pulau-pulau lainnya, mungkin bisa-bisa PLTN atau PLTD ga laku di karimun hehehe.
Listrik disini hanya hidup dari jam 06.00 sore sampai jam 06.00 pagi, itu artinya hanya pada jam itulah lampu-lampu bisa nyala dan tv bisa ditonton, saya jarang nonton tv kebetulan tapi kalau ga salah jam-jam segitu tv-tv banyak memutar sinetron, kuis atau berita, kira-kira mendukung untuk pendidikan ga ya? Karena menurut saya pendidikan adalah jalan untuk menjadi maju dan berkembang, dan pendidikan ga selamanya sekolah tapi juga lingkungan, apa yang dilihat dan apa yang didengar termasuk televisi menurut saya hehehe.
Oia tanah di karimun masih murah murah lho, kalau anda tertarik untuk bangun rumah disini silahkan hehehe. Masih buanyak banget yang lahan yang bisa digarap dan dijadikan sumber penghidupan. Orang-orangnya kalem-kalem dan welkom banget.

Rumah ini milik salah satu warga Kemujan, dan disewakan.
Tapi yah namanya juga daerah yang agak jauh dari kota, karimun masih belum ada tempat semacam supermarket, mall, PS-an tau berbagai macam hiburan, jalan yang diaspal sudah lumayan tapi masih aspal-aspal yang kasar tidak selicin jalan di jalur pantura.

Sebagian besar masyarakat karimun berasal dari suku bugis, madura dan jawa. Mereka hidup berdampingan rukun dan damai. Hanya saja tampak seperti ada yang timpang. Pulau karimun punya dua dermaga satu di karimunnya dan satu lagu di legon bajak daeran kemujan. Sayangnya kapal feri hanya mampir di karimun dan tidak mampir ke daerah kemujan. Itu makanya para wisatawan banyak mengerti hanya karimun saja, padahal didaerah kemujan juga banyak hal yang menarik. Salah satunya rumah apung yang mirip-mirip seperti di bora-bora island, dan itu hanya satu-satunya di kemujan dan biasanya disewakan untuk siapa saja yang mau berbudan madu. Murah lho sekitar 300 ribu permalam dengan fasilitas yang bisa anda kompromikan dengan si pemilik.
saatnya narsis!!! siapkan tripod anda.

Trus di daerah kemujan juga ada taman mangroove, belum di resmikan memang tapi seru juga tempatnya, dan penduduk sekitar banyak nyari kerang di daerah sini untuk di jual atau dimakan. Ada juga rumah adat yang kayaknya memang khusus dipersembahkan bagi para wisatawan. Dan rata-rata masih belum banyak dikunjungi, mungkin karena itu tadi, dermaga yang aktif untuk dipakai wisatawan hanya lewat karimun saja.

Anak ini membantu ibunya mencari kerang untuk di jadikan menu makanan
Masih sepi pengunjung, butuh waktu berkendara 15 menit dari Dermaga Karimun.

Rumah Adat Suku Bugis, simbol kerukunan warga sekitar
Tapi delapan hari dikarimun bisa dikatakan berkesan banget, ketemu dengan orang banyak, melihat suasana baru dan penglaman baru. Saran saya, dateng karimun mendingan rame-rame ngajak teman, ga akan boring dan justru dapet kenangan baru hehehe. Hidup bakal berarti kalau kita bisa berbagi. Indonesia memang luar biasa!!!!

No comments:

Post a Comment